INFOSEKAYU.COM - Masyarakat Kota Sekayu khususnya dan Musi Banyuasin pada umumnya boleh berbangga. Pasalnya, salah satu ikon fashion mulai terdengar gaungnya di kiprah nasioanal. Ya, jumputan gambo atau Batik Gambo, kini tengah diperkenalkan secara nasional sebagai alternatif dan terobosan industri fashion yang menarik, unik dan tentu saja bernuansa etnik.



Batik Gambo (Gambir) khas jumputan adalah jenis batik yang dikerjakan dengan teknik ikat celup untuk menciptakan gradasi warna yang menarik. Tidak ditulis dengan malam seperti kain batik pada umumnya, kain akan diikat lalu dicelupkan ke dalam warna.

Teknik celup rintang, yakni menggunakan tali untuk menghalangi bagian tertentu pada kain agar tidak menyerap warna sehingga terbentuklah sebuah motif. Gambo Muba, adalah tren mode baru batik jumputan dengan sentuhan moderen.

Dimotori Ketua TP PKK Muba, Gambo Muba hadir di booth-booth mewah di ibukota. Bukan saja modern secara proses pembuatan, namun juga modern dari segi tampilan dan juga jangkauan pasarnya.

Gambo Muba secara masif menyentuh kalangan selebritas ibu kota Jakarta. Thia Yufada benar-benar sedang antusias memperkenalkan kain jumputan tradisional khas Musi Banyuasin (Muba).

Ia ingin daerah yang dipimpin suaminya, Dodi Reza Alex itu punya kekhasan yang bisa dibanggakan.
"Namanya kain Gambo. Batik jumputan “Gambo Muba”, diberi nama demikian karena kain jumputan ini pewarnaannya berasal dari gambir.

Gambir biasa disebut gambo oleh orang Sekayu. Menurutnya, kain jumputan Muba ini punya kekhasan sendiri dibandingkan jumputan lainnya.

"Yang pertama dari mulai bahan pewarna yang menggunakan bahan alami dari getah gambir. Menariknya, menurut penelitian, gambir dari daerah Babat Toman paling berkualitas,” ungkapnya.

Kilas sejarahnya, teknik jumputan yang berasal dari negeri tirai bambu ini dibawa oleh para saudagar India. Karena keragaman warna dan motif yang indah, maka teknik ini pun berkembang di nusantara.

Di Indonesia sendiri, batik jumputan biasa diproduksi oleh beberapa daerah tertentu seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Bali, Palembang dan Musi Banyuasin. Dan yang saat ini sedang  go international adalah batik Jumputan “Gambo Muba”. Tentu masing-masing daerah memiliki ciri khas tersendiri pada motifnya.

Ketua Dekranasda Muba yang juga Penggagas Gambo Muba, Thia Yufada mengatakan dirinya akan terus berusaha maksimal untuk memperkenalkan Gambo Muba di Nusantara maupun internasional.

“Alhamdulillah saat ini Gambo Muba mulai dilirik dan mampu bertengger di industri fashion baik di level nasional dan internasional,” bebernya.

Lanjutnya, saat ini sudah ada beberapa produk kreasi “Gambo Muba”dan akan terus berinovasi untuk kebutuhan industri fashion. “Sesuatu yang tidak berguna kami coba manfaatkan dengan maksimal agar mampu bernilai tinggi dan menghasilkan sesuatu yang luar biasa untuk perkembangan industri tekstil,” ucapnya gembira.

Ketua TP PKK Muba ini juga menambahkan, adanya getah Gambir di Kabupaten Muba ini seperti menjadi sebuah harta karun yg bernilai tinggi yang bisa dimanfaatkan lebih luas dalam mengurangi pemakaian zat kimia dalam industri kain lokal.

“Ini juga bagian dari upaya untuk mengangkat kearifan dan kebudayaan lokal di Muba,” ulasnya.

Diketahui, Pameran Kriyanusa dalam rangkat HUT Dekranasda diikuti seluruh perwakilan Dekranasda di Indonesia yang digelar 26 – 30 September 2018 yang juga berbarengan dengan HUT Muba ke 62 tahun 2018 dan di saat acara HUT Muba, seluruh jajaran perangkat daerah dengan bangga menggunakan gambo muba ini.

"Apalagi, di tanggal 2 Oktober 2018 ini, merupakan hari batik nasional. Dengan bangga kami promosikan batik Jumputan gambo Muba. Yang merupakan kreasi Lokal muba yang telah bertengger di tinggat nasional beber thiya, mari kita bangga menggunakan produk asli Indonesia khasnya kain jumbutan Gambo Muba," tutupnya. /red/


Share To:

redaksi

Post A Comment: