Infosekayu.com- Allah tidak pernah membebani orang-orang beriman melebihi kemampuan mereka. Puasa dengan suhu udara panas dan terik, puasa sambil bekerja dan mengasuh anak, puasa sambil menjalani kuliah dan skripsi bukanlah alasan untuk menghentikan produktivitas Anda.

Ketika mentalitas Anda diubah, Anda akan menjalani Ramadhan sepenuh hati tanpa rasa takut atau rasa tidak mampu. Bagaimana untuk mengalahkan rasa takut dan khawatir berlebihan ketika menjalani puasa? Berikut tipsnya, dilansir dari Productive Muslim, Rabu (23/5).

1. Kembali ke Alquran
Kedengarannya sederhana, namun bisa mengubah pandangan Anda. Anda sering mendengar istilah puasa adalah menahan lapar dan haus. Ulama dunia, Nouman Ali Khan mengingatkan kembali firman Allah:
Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS Al Baqarah 185).

Ayat tersebut menunjukkan Allah tidka menggambarkan Ramadhan sebagai bulan kelaparan. Itu adalah bulan di mana Alquran diturunkan. Itu adalah bulan di mana Muslim kembali kepada Allah dan kembali ke jalan benar. Ramadhan bukan bulan penuh kesukaran, melainkan penuh kemanfaatan.
Anda seharusnya tidak melihat Ramadhan bulan penuh kesulitan. Ada berkah dan hidayah tak terbatas untuk diperebutkan di bulan ini. Anda tak semestinya hanya fokus pada rasa lapar, melainkan bagaimana Anda bisa terhubung secara spiritual dengan Allah dan Alquran.

2. Puasa bukanlah simulasi atau potret kemiskinan
Anda mungkin pernah berpikir tujuan puasa adalah berempati kepada orang miskin dengan menahan rasa lapar dan haus. Makna puasa jauh lebih dalam dari itu. Puasa ditujukan agar kita mendapatkan takwa Allah, melepaskan kebiasaan buruk dan ego, serta menumbuhkan karakter diri lebih baik lagi.

3. Memperbanyak ibadah
Mayoritas Anda mungkin bekerja saat berpuasa. Meski demikian, pekerjaan bukan halangan untuk beribadah di bulan suci ini. Tetapkan beberapa kegiatan ibadah yang diinternalisasikan ke dalam waktu sehari-hari.

Anda bisa mendengarkan ceramah keagamaan di radio sepanjang perjalanan ke kantor. Anda juga bisa menggabungkan doa sunnah dan dzikir sehabis shalat fardhu. Anda bisa beramal, atau menambah hapalan ayat suci Al Quran.
Jangan pernah meremehkan perbuatan kecil, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. "Tindakan yang paling menyenangkan bagi Allah adalah mereka yang dilakukan terus menerus, bahkan jika mereka kecil." (HR Muslim).

4. Makan lebih bijaksana
Ketika Anda berpuasa penuh, Anda sudah pasti merasa lapar di siang hari. Ada cara mengatur pola makan untuk memastikan energi cukup menopang Anda sepanjang hari.
Minumlah minimal lima gelas air putih saat sahur. Kebanyak orang tidak mendisiplinkan diri melakukan hal ini. Ikuti konsep makan Nabi, yaitu sepertiga air, sepertiga udara, dan seperti makanan.

"Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya. Kalau toh dia harus mengisinya, maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas. (HR Turmudzi, Ibnu Majah, dan Muslim).

5. Manajemen waktu
Transisi dari ibadah sehari-hari ke ibadah penuh selama Ramadhan kerap disikapi salah. Anda di awal memutuskan tetap terjaga setelah tarawih hingga sahur dan fajar, membaca setidaknya beberapa jus Al Quran. Anda boleh jadi semangat selama sepekan pertama, namun setelah hari ketujuh Anda meninggalkan bacaan Al Quran sebab badan kelelahan dan Anda menyerah.

Ramadhan tak ubahnya seperti lari marathon, bukan lari cepat 100 meter. Pelari marathon berlari perlahan menghemat energi mereka, membangun stamina, kemudian mendorong tenaga di beberapa kilometer terakhir. Tubuh Anda juga butuh istirahat. Lakukan ibadah kecil, namun konsisten. (Edp)                                  


Share To:

redaksi

Post A Comment: