Bayung Lencir, Musi Banyuasin - Kebakaran Hutan dan Lahan di beberapa Desa di Kecamatan Bayung Lencir masih terus terjadi, hujan turun beberapa hari belakangan tak juga bisa memadamkan api secara total.
 Informasi dari petugas di lapangan, api yang berada di banyak titik tersebut masih membara, petugaspun masih terus berjibaku di lokasi karhutlah hingga saat ini. Ini menunjukkan bahwa kekuasaan sang pencipta yang sangat dibutuhkan untuk dapat menurunkan hujan, karena upaya maksimal dan keras dari manusia masih belum bisa menjinakkan si jago merah yang berpindah-pindah.
 Pantauan di lapangan, bukan hal mudah untuk bisa memadamkan kebakaran lahan gambut, berulangkali durasi api padam kemudian membara kembali hanya berselang beberapa jam saja. Petugaspun terlihat kelelahan menghadapi api yang terus membara tersebut.
 Upaya pencegahan sudah maksimal sekali dilakukan, mulai dari penyemprotan langsung, hingga mengerahkan helikopter waterboombing. Selain upaya pemadaman dilokasi, upaya secara religiuspun gencar dilakukan. Pemerintah, Masyarakat, bahkan perusahaan swastapun gencar menggelar sholat istisqa.
Upaya tersebut dirasa belum membuahkan hasil secara total, api di Desa Muara Medak masih terpantau terus ada. "Iya masih ada, di Pal 7 Dusun 10 (Desa Muara Medak), api loncatan, api menjalar, gambut kan makan di bawah (terbakar didalam tanah), ada hujan sekitar 15 menit, api masih ada" ujar Riansyah salah satu personil Manggala Agni Daops 1 Muba yang di tanyai mubaonline.com, via pesan whatsap.
Ketua Pemangku Adat Marga Lalan, H. Ibnu Hajar Bin H. Ibrahim, mengatakan bahwa kebakaran hutan menurutnya adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri, seperti perbuatan Ilegal loging yang ada di kepayang agar dihentikan dahulu.
 "Terindikasi hutan terbakar disana disebabkan oleh aktivitas illegal loging, kami sudah berupaya meminta bantuan kepada pihak perusahaan, dan bekerjasama dengan Ketua Pengurus Hutan Desa untuk membuat sekat bakar dan itu sudah dilakukan" ujarnya.
 "Kami juga menghimbau kepada seluruh Masjid yang ada di Kecamatan Bayung Lencir untuk melakukan sholat istisqa dan melakukan Ratib Saman sebagai upaya meminta pengampunan atas dosa-dosa manusia, karena bencana seperti kebakaran hutan dan lahan akibat ulah manusia dan dosa-dosa manusia, bencana ini sudah sangat genting, upaya sholat Istisqa yang dilakukan pihak pemerintah, masyarakat dan pihak perusahaan swasta sebelumnya dirasa masih kurang" lanjutnya.
 Menurutnya, kebudayaan berzikir seperti ratib saman yang dahulu di tahun 70an sangat bermanfaat di Kecamatan Bayung Lencir ini, dimana tahun 70an tersebut Kecamatan Bayung Lencir sempat terkena bencana, banyak warga yang di serang harimau.
 "Iya alhamdulillah waktu itu setelah kita gelar ratib saman, Bayung Lencir jauh dari bencana. Dan saat ini dengan doa kepada Allah SWT bisa segera diturunkan hujan berdurasi lama, karena hujan yang hanya sebentar hanya membasahi permukaan gambut, api yang ada didalam tanah belum padam" Ungkapnya.
Share To:

redaksi

Post A Comment: