Jakarta, Infosekayu.com - Pemerintah memperkirakan tidak perlu melakukan impor gas alam cair (LNG) pada 2019. Alasannya, kebutuhan sekitar 1.672 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) itu bisa ditutupi dari produksi Lapangan Gas Jangkrik, Blok Muara Bakau, Kalimantan timur.


"Jangkrik ini maju kan dan ternyata bagus sebab yang tadinya didesain 400-450 MMSCFD, tapi pas di tes bisa 600 MMSCFD. Jadi kemung-kinan besar 2019 enggak perlu impor karena produksi kita bagus dari yang diperkirakan," terang Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Minera, IGN Wiratmaja Puja, di sela acara Gas Indonesia Summit & Exhibition di Jakarta Convention Center, Jakarta, kemarin.
 
Ia menjelaskan produksi LNG masih bisa digenjot lagi dan Indonesia masih memiliki 16-18 kargo LNG yang menunggu pembeli. Potensi ekspor saat ini belum difokuskan karena seluruh produksi masih dikonsentrasikan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.
 
Menurut Wiratmaja, pasokan utama gas masih berkonsentrasi dari Bontang dan Tangguh. Sejauh ini, pasokan gas diprediksi minus pada 2019 dan 2020, namun hal itu akan teratasi sampai Blok Tangguh Train 3 dan Masela beroperasi.
 
"Tahun 2020 Tangguh Train 3 operasi, berarti suplai kita akan naik lagi. Kita harap Masela mulai beroperasi tahun 2025-2027," pungkasnya.
 
Di tempat yang sama, Direktur komersial PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Danny Praditya dalam paparannyamengungkapkan bahwa upaya meningkatkan pemanfaatan gas domestik memiliki tantangan yang besar.
 "Tantangan pertama ialah percepatan pembangunan pasar dan infrastruktur. Perlu ada terobosan-terobosan, baik dalam teknologi, model bisnis, sampai dengan tata kelola," jelas Danny.
 
Tantangan berikutnya ialah mengelola paradoks antara kebutuhan pembangunan dan efisiensi. (Melati_Red/MI)
Share To:

redaksi

Post A Comment: