Sumsel, Infosekayu.com - Cuaca panas yang cukup menyengat melanda hampir seluruh wilayah Sumsel dalam sepekan terakhir. Berdasarkan data situs https://id.weatherspark.com/, suhu udara sejak awal Mei rata-rata mencapai 24-35 derajat celcius.

Kondisi panas menyengat tersebut sudah terjadi sejak April lalu. Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) SMB II Palembang suhu udara rata-rata tercatat sebesar 27.8 derajat celcius dengan suhu udara ke maksimum 35.0 derajat celcius dan minimum 22.2 derajat celcius.

Kordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Sinta Andayani mengatakan, kondisi cuaca tersebut disebabkan wilayah Sumsel sudah masuk dalam periode peralihan musim dari penghujan ke kemarau.

“Sehingga fenomena cuaca akhir-akhir ini masih terbilang wajar, sebab dari bulan April kita mengalami peralihan musim,” katanya saat dihubungi Kantor Berita RMOLSumsel

Dijelaskan, pula olehnya dari monitoring cuaca yang dilakukan, curah hujan dasarian sudah mengalami penurunan. Hal ini dikatakannya akan berimbas terhadap situasi cuaca yang sulit ditebak.

"Untuk potensi hujan beberapa hari ke depan masih tetap ada dan bersifat lokal. Dan kalau siang terasa panas atau gerah merupakan hal wajar karena tutupan awan sudah mulai berkurang," terangnya. 

Sehingga meskipun BMKG telah merilis prakiraan awal musim kemarau di bulan Mei ini, tetap tidak menutup kemungkinan di beberapa wilayah tetap terjadi hujan dari intensitas rendah hingga sedang.

"Kalau prakiraan awal musim kemarau di Sumsel sudah mulai masuk di bulan Mei hingga Juni 2022. Untuk kota Palembang kemarau tahun ini diprakirakan di atas normal. Artinya curah hujan lebih tinggi dari rata-ratanya di musim kemarau," sambungnya. 

Sinta mengimbau, masyarakat agar lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, khususnya yang bertempat tinggal di kawasan lahan gambut dan tempat lainnya yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan.

"Seperti yang kita tahu, bahwa setiap masuk musim kemarau kemungkinan bencana yang datang yaitu karhutla. Sehingga kami mengimbau masyarakat agar menjaga alam tidak membakar lahan dan hutan serta menggunakan air bersih dengan bijak," tandasnya.

Titik Hotspot di Sumsel Mulai Meningkat

Cuaca panas di Sumsel memberikan dampak signifikan terhadap penambahan jumlah titik panas (hotspot). Berdasarkan pantauan Satelit Lapan, titik hotspot di Sumsel sudah mengalami peningkatan sejak Maret lalu. Dimana jumlahnya mencapai 180 titik. Bertambah 100 titik dari Februari yang hanya mencapai 80 titik.

Hotspot kembali mengalami peningkatan di April yang mencapai 212 titik. Sementara sepanjang Mei, sudah terdeteksi sebanyak 70 titik.

“Sejak awal tahun, jumlah hotspot mencapai 608 titik,” kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Bencana BPBD Sumsel, Ansori.

Sebaran hotspot, hampir merata terjadi di seluruh wilayah di Sumsel terkecuali Kota Palembang yang tidak terdeteksi satu pun hotspot. Paling banyak terdeteksi di Kabupaten Musi Banyuasin dengan hotspot sebanyak 122 titik. Lalu, Muratara dengan 82 titik dan Musi Rawas dengan 78 titik.

“Melihat sebaran ini, hotspot belum menyebar ke wilayah rawan gambut. Sebab, kondisi gambut saat ini masih basah setelah diguyur hujan selama beberapa bulan kebelakang,” bebernya.

Menurut Ansori, tidak seluruh hotspot berujung firespot atau titik kebakaran. Bisa saja, hotspot tersebut berasal dari aktivitas penambangan ataupun kegiatan lainnya yang bisa menimbulkan titik panas.

“Kalau firespot juga sudah ada tapi untuk tingkat kerawanannya masih rendah bisa terkendali,” tutupnya.

KLHK Lakukan 15 Kali Operasi TMC

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel kini telah menetapkan siaga Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Nomor 292/BPBD-SS/2022 pada 19 April 2022 . Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya karhutla di wilayah Sumsel.

Hal ini diungkapkan Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto, Rabu (11/5).

Ferdian mengungkapkan, salah satu upaya untuk mengatasi karhutla di Sumsel yaitu dengan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Hal ini untuk meningkatkan kadar air di lahan gambut dan mengisi embung pada saat musim kemarau sehingga ini nantinya menjadi sumber air.

"Kami sudah melakukan 15 kali melaksanakan TMC pada tahun ini. Pelaksanaan TMC ini berhasil meningkatkan curah hujan hingga 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya," katanya.

Meski demikian, pihaknya masih akan melakukan evaluasi. Walaupun, saat ini belum ada kasus Karhutla di wilayah Sumsel. Menurutnya, sejauh ini tinggi muka air disejumlah kawasan masih tergolong aman karena beberapa kali diguyur hujan. Seperti, di Kawasan Muara Medak, Kabupaten Musi Banyuasin yang berbatasan Jambi, Cengal, Pangkalan Lampam di Ogan Komering Ilir dan beberapa daerah lainnya.

"Tapi, semua stakeholder telah bersiap siaga untuk mengatasi jika terjadi karhutla ini," ujarnya.

Saat ini sejumlah daerah yang terjadi karhutla yakni di Lampung, tepatnya di Kawasan Taman Nasional Way Kambas yang menghabiskan 50 hektar lahan dalam satu hari. Rencananya pihaknya juga akan mengirimkan pasukan Manggala Agni ke wilayah tersebut untuk membantu pemadaman.

"Kami hingga saat ini terus berkoordinasi dengan pengelola taman nasional tersebut," tandasnya. 

Kodim OKI Pantau Kondisi Lahan

Kondisi cuaca panas yang terjadi mendapat respon dari Satgas Karhutla yang ada di daerah. Seperti Kodim 0402/OKI yang mulai melakukan pantauan kondisi lahan di wilayahnya, Rabu (11/5).

Mereka memantau kondisi sejumlah lokasi rawan Karhutla yang terletak di Desa Sungai Ceper, Desa Karangsia, Desa sungai Menang dan Desa Gajah Mati Kecamatan Sungai Menang melalui patroli udara.

Tak hanya melakukan patroli udara, jajaran Kodim O402/OKI juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan.

“Jangan karena kepentingan kita sendiri orang lain yang menanggung akibatnya, salah satunya adalah akan terganggunya Kesehatan akibat asap dari kebakaran tersebut,” kata Dandim 0402/OKI Letkol Inf Hendra Saputra.

Hendra menjelaskan, meski Satgas belum resmi terbentuk, namun pihaknya tetap akan melakukan berbagai upaya antisipasi agar potensi Karhutla bisa diminimalisir.

“Utamanya sosialisasi. Sebab, Karhutla ini terjadi lantaran masih kurangnya kesadaran masyarakat,” tandasnya. (Rmolsumsel)

Share To:

redaksi

Post A Comment: