Infosekayu.com- Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar awal tahun masehi. Menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar yang ada di Indonesia.

Melalui jalur pedagangan, Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai jalur perdagangan utama di wilayah Selat Malaka. Beberapa kerajaan di Pulau Jawa juga telah berhasil ditaklukkan oleh kerajaan tersebut. Banyak pedagang yang singgah di jalur perdagangan ini untuk membeli rempah-rempah.

Dalam bahasa Sansekerta, kata “Sri” artinya cahaya atau bercahaya dan kata “Wijaya” artinya kejayaan atau kemenangan. Dengan begitu, arti nama dari Sriwijaya yaitu kemenangan yang gemilang.

Para sejarawan menduga, kerajaan ini berfokus pada sektor perdagangan laut di daerah Selat Malaka dan Selat Sunda. Munoz, misalnya, dalam "Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula" (2006), mengungkapkan kekuasaan Sriwijaya meliputi Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Awal Mula Berdiri Kerajaan Sriwijaya

Dikutip dari berbagai sumber, sebuah catatan awal mula berdirinya kerajaan Sriwijaya pertama kali diteliti oleh seorang pria kelahiran Perancis pada tahun 1920, bernama George Coedes. Kala itu dirinya memberitahukan mengenai temuannya dalam sebuah surat kabar berbahasa Indonesia dan Belanda.

Seorang biksu bernama I Tsing menuliskan kisah persinggahan selama 6 bulan. Dari catatan itu, diketauin Sriwijaya berdiri dan muncul pertama kali pada abad 7 masehi. Bahkan terdapat catatan mengenai berdirinya Kerajaan Sriwijaya ini juga didasarkan pada sebuah penemuan prasasti abad ke-7 yang cukup banyak.

Dalam salah satu prasasti yang ditemukan di Kota Kapur, Bangka, abad ke-7 masehi Kerajaan Sriwijaya yang saat itu dipimpin seorang raja Bernama Dapunta Hyang Sri Janayasa atau biasa disebut Sri Jayanasa, merupakan raja pertama pada 671 M hingga 728 M.

Kerajaan Sriwijaya menjadi tempat pembelajaran oleh para biksu dari berbagai penjuru untuk tinggal di kerajaan dalam waktu lama demi mempelajari ajaran Buddha. Dharmakrti berperan besar dalam terkenalnya Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran ajaran Buddha.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kejayaan Sriwijaya pada saat dipegang oleh Raja kesepuluh Kerajaan Sriwijaya, Balaputradewa. Namun, menurut Prasasti Nalanda yang ditemukan di India saat itu Sriwijaya juga kehilangan kekuasaan di Jawa.

Munoz (2006) menerangkan, Kerajaan Medang dari Jawa menyerang Sriwijaya pada 990-an. Serangan ini terjadi pada 988 hingga 992, tepat ketika Sri Cudamani Warmadewa memimpin. Akan tetapi, Sriwijaya berhasil memukul mundur musuhnya saat itu.

Pada 1017 dan 1025 atau memasuki abad ke-11, Sriwijaya mendapatkan serangan lagi oleh pihak kerajaan Chola dari India Selatan. Raja Rajendra Chola I mengirim pasukan dan berhasil menduduki beberapa daerah kekuasaan Sriwijaya.

Menurut Sastri K. A. N dalam The Cholas (1935), beberapa kerajaan bawahan Sriwijaya yang telah ditaklukan boleh memerintah, namun tetap harus tunduk pada pihak Chola. Akibatnya, kekuatan Sriwijaya berkurang. Selain diserang oleh Kerajaan lain, sebenarnya kondisi alam juga mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.

Kondisi alam yang disebabkan dangkalnya Sungai Musi serta daratan di sekitarnya juga kurang subur. Hal ini membuat Kerajaan Sriwijaya perlahan mulai kehilangan pamornya sebagai kerajaan maritim.

Setelah Sungai Musi dangkal, akses perdagangan pun menjadi terhambat dan tidak bisa menghasilkan produk untuk konsumsi. Jalur yang sebelumnya menjadi ladang emas kini sudah tidak bisa beroperasi kembali.

Pada abad ke-13, Kerajaan Samudera Pasai hadir di bagian Sumatera bagian utara dan menjadi pusat perdagangan. Hal ini membuat kekuatan Sriwijaya dalam bertahan hidup kian menurun.

Menurut catatan Cina, Sriwijaya menyisakan kekuasaan di sekitar Palembang yang saat itu bernama Kerajaan Palembang. Kabar terakhir dari kerajaan ini ke pihak luar ketika mengirim utusan ke Cina pada 1374 dan 1375. Faktanya, kerajaan di Palembang ini akhirnya hancur pada 1377 karena diserang oleh Kerajaan Majapahit.

Daftar Raja-Raja Sriwijaya

Para ahli telah menyepakati masa kekuasaan para Raja Sriwijaya setelah Dapunta Hyang Sri Jayanasa.

1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa (683 M)

2. Sri Indrawarman (702 M)

3. Rudra Wikrama (728-742 M)

4. Sangramadhananjaya (775 M)

5. Dharanindra/Rakai Panangkaran (778 M)

6. Samaragrawira/Rakai Warak (782 M)

7. Dharmasetu (790 M)

8. Samaratungga/Rakai Garung (792 M)

9. Balaputradewa (856 M)

10. Sri Udayadityawarman (960 M)

11. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M)

12. Hsiae-she (980 M)

13. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M)

14. Malayagiri/Suwarnadwipa (990 M)

15. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M)

16. Sumatrabhumi (1017 M)

17. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025)

18. Sri Dewa (1028 M) Dharmawira (1064 M)

19. Sri Maharaja (1156 M)

20. Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1178 M)

(Okezone)

Share To:

redaksi

Post A Comment: