Jakarta, Infosekayu.com  -

Pelaksana Tugas Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara Sulatan Hasanuddin Makassar Askar Hasan mengatakan, pihaknya sempat melakukan pemeriksaan terhadap Wakil Bupati Sangihe Helmud Hontong di Bandara. Namun saat itu almarhum sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

"Kami dapat info sebelumnya sudah meninggal dalam pesawat. Untuk meyakinkan kematian penumpang tersebut, Tim KKP datang untuk periksa kembali dan betul sudah meninggal," kata Askar saat dikonfirmasi, Jumat, 11 Juni 2021.

Ia mengaku hanya melakukan penanganan medis dasar saat itu. Helmud Hontong sendiri sudah dinyatakan meninggal saat masih di pesawat.

Autopsi juga tidak sempat dilakukan karena ajudan meminta agar dibawa saja ke rumah sakit untuk pemetian. Saat itu petugas dari KKP juga tidak ada yang ikut.


"Kami juga tidak tahu dibawa ke rumah sakit mana. Tim kami sudah tidak ikut saat itu karena ajudan minta mereka yang urus untuk pemetian sekaligus untuk pengiriman ke Manado," katanya.

Bupati SangiheJabes Gaghana meminta sejumlah pihak tidak lagi mengaitkan kematian wakilnya, Helmud Hontong dengan penolakan Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Tambang Mas Sangihe (TMS).

Jabes mengatakan, Helmud sudah mengirimkan surat penolakan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sejak Februari 2021.

Sejak itu Helmud juga sudah bolak balik Jakarta untuk membicarakan masalah ini.


"Surat penolakan Wabup itu dari Februari. Sekarang aja itu dikait-kaitkan (dengan kematian Helmud). Enggak ada itu," kata Jabes saat dihubungi CNNIndonesia.com, Sabtu (12/6).

Ia pun meragukan jika ada pihak yang berniat mencelakai Helmud terkait dengan penolakan izin tambang tersebut.Menurut dia, selama bolak balik Jakarta-Sangihe itu tidak ada insiden yang menimpa Helmud.

Jabes menyebut, meninggalnya Helmud di udara pada Rabu (9/6) itu murni karena penyakit yang dideritanya.

Berdasarkan keterangan keluarga, selama ini Helmud memang memiliki komplikasi penyakit seperti jantung, gula, hingga maag.

Oleh sebab itu, menurut Jabes, pihak keluarga juga menolak autopsi jenazah Helmud.

"Ini, kenapa keluarga menolak, karena keluarga tahu ini almarhum ada penyakit bawaan. Ada komplikasi, ada penyakit gula, jantung, maag, jadi banyak sekali, dan dia asma," ungkapnya.

Politikus Partai Golkar itu menjelaskan, selama penerbangan dari Denpasar-Makassar pun Helmud hanya ditemani oleh ajudan. Menurutnya, tidak ada pihak lain yang mendekati Helmud.

"Dia di ini (pesawat) cuma dengan ajudannya. Tidak ada pihak lain yg bergerak di sekitar dia. Air putih yang diminum itu yang dibawa dari darat, dipegang oleh almarhum," tuturnya.

"Prosesnya itu, dia merasa pusing, minta gosok kayu putih, habis itu minum Aqua. Setelah itu lah dia pecah pembuluh darah itu, darah keluar dari hidung, telinga. Jauh lah dari prasangka yang dibuat orang-orang ini," pungkasnya.

Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) juga sempat meminta kepolisian untuk mengusut tuntas kematian Helmud. Jatam merasa janggal dengan kematian Helmud yang getol menolak izin tambang emas di wilayahnya.Wafatnya Helmud sempat menjadi perbincangan. Pasalnya, ia meninggal setelah tak lama meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mencabut IUP perusahan tambang di wilayahnya.

Sumber : CNN Indonesia

Share To:

redaksi

Post A Comment: