Kesuksesan uji terbang ini menjadi titik pijak pemerintah mengembangkan bahan bakar bioavtur. Rencananya, bioavtur akan digunakan di seluruh maskapai penerbangan Indonesia.

Komitmen Pertamina adalah menyiapkan kilang-kilang untuk siap memproduksi bioavtur. Saat ini, yang siap ada di Kilang Dumai dan Kilang Cilacap," tutur Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, dalam tayangan Newsline, Metro TV, Kamis 7 Oktober 2021

Kilang minyak akan dibangun sesuai standar internasional. Nicke berharap ada kebijakan yang utuh dari hulu hingga hilir agar menjaga bioavtur bisa bertahan dari sisi komersial maupun ketersediaannya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan sejarah telah tercipta dengan berhasilnya penggunaan bioavtur pada penerbangan. Keberhasilan uji terbang bioavtur dilakukan melalui sinergi Pusat Rekayasa Katalis Institut Teknologi Bandung bersama Pertamina Research and Technology Innovation. 

Kedepan biovatur akan digunakan kepada seluruh maskapai penerbangan Indonesia. Secara bertahap campuran bioavtur juga ditingkatkan hingga 100 persen atau J100. 

Nantinya bioavtur dijual secara komersial seperti produk B30. Namun, Pertamina meminta dukungan jaminan pasokan sawit maupun mekanisme regulasi dan pembiayaan untuk keberlangsungan pengembangan bioavtur lebih lanjut.

Uji terbang menggunakan bahan bakar nabati olahan kelapa sawit menggunakan pesawat CN-235 rute Bandung-Jakarta. Seremoni keberhasilan uji terbang digelar di hanggar 2 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

Direktur  Utama Badan Pengelolaan Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Eddy Abdurrachman, mengatakan hingga saat ini belum ada insentif bagi pengembangan bioavtur. Namun, ia yakin pemerintah akan memberikan insentif seperti biodiesel untuk menutup selisih harga antara avtur dengan bioavtur

Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana memastikan pengembangan bioavtur akan cepat mengingat tahapan yang mirip dengan biodiesel yang sudah dilakukan pemerintah.

"Kita punya pengalaman. Menurut saya persiapannya akan lebih cepat dibandingkan biodiesel dulu," tutur Dadan dalam tayangan Newsline di Metro TV.

Penggunaan bioavtur diatur dalam peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015. Aturan ini menyebut pencampuran bahan bakar nabati ke dalam avtur dengan persentase 3 persen pada 2020 dan 2025 meningkat menjadi 5 persen.

Sumber : medcom.id 
Share To:

redaksi

Post A Comment: